Praktisi media elektronik Radio dan TV Patrick Jonathans mengatakan, kurangnya literasi digital membuat masyarakat mudah terjebak.
Fenomena penipuan secara daring dengan iming-iming mendapatkan uang maupun barang impian masih menghantui masyarakat. Padahal, ujung dari modus tersebut adalah menguras dana atau uang milik sasaran pelaku kejahatan.
Praktisi media elektronik Radio dan TV Patrick Jonathans mengatakan, kurangnya literasi digital membuat masyarakat mudah terjebak pada tipu daya ini. Sementara, langkah kecil dengan tidak menampilkan hari ulang tahun, minat, dan identitas diri lainnya bisa menjadi langkah pencegahan.
“Selain itu, hindari perilaku menandai lokasi foto di media sosial, menerima permintaan pertemanan dari seseorang tak dikenal, serta jangan sembarangan meng-klik tautan di media sosial,” kata Patrick dalam diskusi Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi, Jumat (28/10).
Sejalan dengan itu, dosen Ilmu Komunikasi pada LSPR Institute of Communications and Business Dewi Rachmawati menyinggung soal kode OTP. Menurutnya, masyarakat tidak membagikan kode OTP kepada siapa pun.
Apalagi, jika mereka meminta melalui telepon, e-mail, SMS, atau aplikasi percakapan meski mengaku dari lembaga resmi. Selain itu, waspadai situs palsu atau phising dan panggilan telepon dengan metode call forwarding.