Peternakan domba dan merajut juga merupakan bagian penting dari warisan Islandia.
Islandia tidak selalu menjadi tujuan wisata yang sangat diminati seperti sekarang; pada awal tahun 1990-an, negara ini hanya dikunjungi sedikit lebih dari 130.000 pengunjung per tahun. Namun, pada tahun 2023, jumlah tersebut melonjak menjadi 2,21 juta, jauh melampaui populasi Islandia yang hanya sekitar 380.000 jiwa.
Para ahli menganggapnya sebagai perpaduan antara pemasaran yang cerdas, viralnya media sosial, dan pemandangan alam yang luar biasa. Kampanye #MyStopover tahun 2014 mengubah persinggahan menjadi petualangan selama seminggu, membanjiri Instagram dengan gambar-gambar mata air panas yang mengepul, laguna gletser, dan pantai berpasir hitam vulkanik.
Segera, Islandia tidak lagi hanya menjadi tujuan khusus bagi para penjelajah pemberani; tempat ini ada di daftar tujuan setiap pelancong. Namun, seiring dengan meningkatnya popularitas, muncul tantangan baru, yang mendorong negara tersebut untuk bergulat dengan tekanan pariwisata yang berlebihan.
Sebagian besar pengunjung mendarat di ibu kota Reykjavik dan langsung menuju Blue Lagoon atau Golden Circle yang sudah sering dikunjungi. Namun, karena ledakan pariwisata Islandia tidak menunjukkan tanda-tanda melambat, negara tersebut mencari cara untuk mengurangi beban di tempat-tempat terpopulernya.
Pembicaraan seputar pariwisata berlebihan menjadi tidak mungkin diabaikan, dan satu solusinya jelas: mendorong wisatawan untuk menjelajah di luar tempat-tempat menarik yang biasa. Bagian utara negara tersebut, dengan fjord yang dramatis dan tempat-tempat panas bumi yang menarik, menawarkan alternatif yang lebih tenang namun sama spektakulernya dengan ibu kota, dengan kota-kota yang indah seperti Akureyri dan Húsavík yang menyediakan gerbang menuju pemandangan yang menakjubkan tanpa keramaian.