Menurut para peneliti, risiko tersebut besar pengaruhnya terhadap orang di bawah 65 tahun.
Cahaya buatan di malam hari, seperti lampu-lampu di jalanan dan gedung-gedung tinggi, menjadi ciri khas kehidupan perkotaan yang memberikan keamanan dan kemudahan beraktivitas. Namun, paparan cahaya buatan yang terlalu sering, menurut studi yang dikerjakan para peneliti dari Rush University Medical Center, diterbitkan dalam jurnal Frontiers in Neuroscience (September, 2024), dapat menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit alzheimer, terutama bagi kalangan orang-orang yang masih muda.
Alzheimer adalah penyakit degeneratif, yang ditandai dengan penurunan daya ingat. Jika dibiarkan tanpa penanganan, alzheimer bisa menyebabkan demensia—penurunan kemampuan mengingat, berkomunikasi, dan beraktivitas.
Menurut World Health Organization (WHO), penyakit alzheimer adalah bentuk demensia yang paling umum, berkontribusi pada 60% hingga 70% kasus. Dikutip dari situs web Kementerian Kesehatan (Kemenkes), prevalensi penyakit alzheimer di Indonesia sekitar 27,9%. Lebih dari 4,2 juta penduduk menderita demensia.
Diketahui, dilansir dari PsyPost paparan cahaya di malam hari mengganggu ritme sirkadian alami tubuh—proses internal yang mengatur siklus tidur dan bangun. Gangguan sirkadian telah dikaitkan dengan masalah kesehatan, seperti insomnia, obesitas, depresi, dan penyakit jantung.
Para peneliti menemukan korelasi yang signifikan antara tingkat polusi cahaya di luar ruangan yang lebih tinggi dengan tingkat penyakit alzheimer di berbagai wilayah di Amerika Serikat. Mereka menganalisa prevalensi penyakit alzheimer di seluruh wilayah Amerika Serikat, dengan fokus pada data dari tahun 2012 hingga 2018.