Hasil riset ini diterbitkan dalam British Journal of Ophthalmalogy, menganalisis 311 studi yang melibatkan lebih dari 5,4 juta partisipan dari 50 negara.
Lebih dari 740 juta anak-anak dan remaja mengalami kesulitan melihat objek dari jarak jauh pada 2050. Hal itu berdasarkan temuan dari para peneliti yang diterbitkan dalam British Journal of Ophthalmalogy. Penelitian yang dipimpin para peneliti dari Sun Yat-Sen University, China ini menganalisis 311 studi yang melibatkan lebih dari 5,4 juta partisipan dari 50 negara.
Prevalensi rabun jauh atau miopia, menurut para peneliti, pada orang berusia 5 hingga 19 tahun meningkat dari 24% pada 1990 menjadi 36% pada 2023. Dilansir Science Alert, jika kasus ini semakin memburuk, maka prevalensi miopia anak-anak dan remaja di seluruh dunia bakal mencapai hampir 40% pada 2050 atau melebihi angka 740 juta kasus.
Penelitian itu menyebut, selama 30 tahun terakhir, data menunjukkan prevalensi rabun jauh meningkat. Terutama setelah tahun 2020. Prevalensi tersebut diperkirakan akan lebih tinggi di kalangan remaja berusia 13 hingga 19 tahun.
Pandemi Covid-19 dikaitkan dengan memburuknya penglihatan pada anak-anak. Selama pandemi, anak-anak dibatasi untuk tetap berada di dalam ruangan. Sekolah sering kali dilakukan secara virtual, yang membuat anak-anak berada di depan layar lebih lama dari biasanya. Hal ini menyebabkan penglihatan anak-anak terganggu.
Terdapat perbedaan jumlah kasus dalam etnis maupun geografi. Di Afrika, prevalensi miopia di kalangan anak-anak dan remaja tujuh kali lebih rendah dibandingkan di Asia. Di Asia, prevalensinya bisa mencapai 70% pada 2050.