Riset ini mencoba menyoroti bagaimana kekurangan materi memengaruhi akses dan penggunaan media sosial oleh remaja.
Media sosial saat ini sudah menjadi keseharian dari para remaja. Akan tetapi, remaja dari kelas ekonomi mana yang lebih aktif menggunakan media sosial?
Sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal Computers in Human Behavior (April, 2025) berjudul “Deprivation’s role in adolescent social media use and its links to life satisfaction” mencoba menyoroti bagaimana kekurangan materi memengaruhi akses dan penggunaan media sosial oleh remaja, dan apakah hal itu mengubah dampak media sosial terhadap kesejahteraan emosional mereka.
“Pembahasan tentang hubungan antara media sosial dan kesejahteraan remaja sering kali mengabaikan pengalaman remaja dari rumah tangga miskin. Saya ingin mengtasi kesenjangan ini dengan memanfaatkan data yang ada untuk memberikan bukti empiris,” kata salah satu peneliti studi itu yang juga asisten profesor di Universitas Utrecht, Sebastian Kurten, dikutip dari PsyPost.
Para peneliti menganalisis data 10 tahun, yang dikumpulkan antara tahun 2009 dan 2019 dari studi Understanding Society yang melacak puluhan ribu rumah tangga di seluruh Inggris. Analisis khusus ini mencakup 23.155 remaja berusia 10 hingga 21 tahun, yang menghasilkan hampir 80.000 titik pengukuran. Para peserta menanggapi survei tentang akses dan penggunaan media sosial mereka, sedangkan orang tua mereka menjawab pertanyaan tentang situasi keuangan keluarga.
Para peneliti menggunakan indeks yang telah ditetapkan untuk menentukan apakah keluarga mengalami kekurangan materi. Bagi remaja yang lebih muda, kekurangan tersebut meliputi segala hal seperti tidak mampu membiayai perjalanan sekolah atau mantel musim dingin. Sementara remaja yang lebih tua, kekurangan tersebut meliputi segala hal seperti ketidakmampuan membayar tagihan rumah tangga atau membeli perabotan.