Seperti “Deadpool” 1, kekerasan dan guyonan nyinyir tetap dipertahankan. Bonusnya, kita bisa menemukan melankolia dari antihero Marvel ini.
Wade Wilson alias Deadpool (Ryan Reynolds) dilempar ke jurang nestapa sejak kekasihnya Vanessa (Morena Baccarin) tewas, ditembus timah panas di jantungnya. Merespons kehilangan ini, ia lantas menghabiskan hari dengan menghisap kokain, menenggak krat-krat bir, sembari merutuki nasib di bar sahabatnya. Jangankan mandi, kesedihan yang depresif membuat ia terlalu malas melanjutkan hidup, memilih kencing di celana, bahkan terobsesi mengakhiri hidup sendiri. Mengamini “The Five Stages of Grief” ala psikolog Kubler-Ross (1969), Wade tak pernah sampai di tahap tertinggi: penerimaan (acceptance).
Benaknya hanya disesaki hasrat untuk mati, menyusul Vanessa. Sayang, dia lupa, kekuatan yang disuntikkan Francis di film pertama “Deadpool” membuat ia tak akan bisa mati. Kendati seluruh bagian tubuhnya tercerai berai akibat ledakan atau diterjang peluru ribuan kali, ia gagal moksa.
Di tengah keputusasaannya, ia dibawa sobat lamanya, Colossus (Stefan Kapicic) dan dibujuk bergabung menjadi trainee X-Men, satuan yang melambungkan nama Wolverine, Storm, dan Magneto tersebut. Memang dasar tabiatnya yang pemberontak, semaunya sendiri, dan antitesis dari heroes Marvel kebanyakan. Ia justru membuat ulah dengan menembak warga sipil, saat mencoba melarikan mutan remaja yang meledak-ledak, Russell Collins (Julian Dennison), dari panti asuhan sadis yang membelenggunya.
Sesuai permintaan Vanessa, yang kerap ia dengar di alam bawah sadarnya, Deadpool berusaha menjaga Russel laiknya anak kandung sendiri. Persoalan menjadi tak sederhana tatkala Cable (Josh Brolin—pemeran Thanos di “Avengers: Infinity War”), mutan bersenjata lengkap dari masa depan ingin membunuh Russel. Dalih pembunuhan, kata Cable, demi mencegah remaja tanggung itu menjadi supervillain yang kelak menghabisi seluruh keluarganya.
Film ini memang dikerangkai emosi kehilangan dan melankolia dari para tokohnya. Sama dengan Cable, tokoh utama Deadpool pun bertahan hidup dengan selimut kesedihan, usai gagal menyelamatkan Vanessa, dari tembakan musuh di awal film. Benang merahnya sama, mereka sama-sama sibuk menyangkal kematian, dan berharap orang-orang terkasihnya bisa hidup kembali.