Baru-baru ini terbit riset terkait model artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan yang bisa memprediksi kematian seseorang.
Sejak popularitas ChatGPT—kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang bekerja dengan format percakapan—mengemuka sekitar setahun lalu, muncul banyak diskusi terkait penggunaan AI di dunia akademis, layanan kesehatan, bahkan kehidupan sehari-hari. Segala manfaat dan potensi permasalahan etika pun timbul. Baru-baru ini, penelitian teranyar bakal membuka pintu lain soal potensi AI dalam memprediksi waktu kematian manusia.
Riset yang dikerjakan delapan peneliti itu—antara lain Germans Savcisens, Tina Eliassi-Rad, Lars Kai Hansen, Laust Hvas Mortensen, Lau Lilleholt, Anna Rogers, Ingo Zettler, dan Sune Lehmann dari Technical University of Denmark, Northeastern University, dan University of Copenhagen—bertajuk “Using sequences of life-events to predict human lives”, terbit di Nature Computational Science (Desember, 2023).
Dikutip dari New York Post, para periset meneliti populasi subjek yang heterogen sebanyak enam juta orang Denmark, dengan jenis kelamin dan usia bervariasi antara tahun 2008 dan 2020.
Dilansir dari the Independent, peserta penelitian adalah mereka yang berusia 35 hingga 65 tahun. “Setengah dari mereka meninggal antara tahun 2016 dan 2020,” tulis the Independent.
AI meramal kematian dan risikonya