Sosial dan Gaya Hidup

Satir punya sisi gelap, lebih merusak reputasi seseorang

Dehumanisasi bisa terjadi dalam satir di media sosial.

Minggu, 16 Februari 2025 06:16
satir punya sisi gelap lebih merusak reputasi seseorang

Di era keterbukaan informasi digital, kita dibanjiri video YouTube atau TikTok yang viral, meme, hingga media sosial, satir menyebar di mana-mana. Membuat kita tertawa, menggumam, atau mengernyitkan dahi. Kita terkadang gembira menikmati itu. Namun, penelitian yang diterbitkan Journal of Experimental Psychology: General baru-baru ini mengungkap, konten satir lebih merusak reputasi seseorang ketimbang kritik langsung.

Penelitian yang dikerjakan Hooria Jazaieri dari Universitas Santa Clara dan Derek D. Rucker dari Universitas Northwestern itu menemukan, satir yang tampak tak berbahaya justru bisa merendahkan martabat seseorang dan merendahkan mereka.

“Kebanyakan orang menganggap satir hanya sekadar humor atau candaan, tetapi dehumanisasi ada dalam spektrum tertentu dan dapat mencakup hal-hal, seperti melupakan bahwa orang lain punya emosi dan perasaan yang rumit,” ujar peneliti Hooria Jazaieri, dikutip dari American Psychological Association.

“Kita dapat mengambil sedikit kritik humor dan membuat generalisasi tentang aspek lai dari seseorang, yang mungkin benar atau mungkin juga tidak.”

Para peneliti melakukan eksperimen terhadap 1.311 peserta yang menonton video di YouTube yang bersifat satir maupun kritis terhadap beberapa atlet, musisi, tokoh televisi, atau tokoh bisnis terkemuka. Misalnya, beberapa video menampilkan skorsing mantan quarterback National Football League (NFL)—liga rugbi di Amerika Serikat—Tom Brady atas skandal deflategate.

Fandy Hutari
Fandy Hutari Reporter
Fandy Hutari
Fandy Hutari Editor

Tag Terkait

Berita Terkait