Pameran digelar hingga 28 September di Gerai Salihara, Komunitas Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Dalam peristilahan dunia seni rupa, Mooi Indie dimaksudkan sebagai corak karya lukisan abad ke-19 yang menggambarkan keindahan pemandangan alam Hindia Timur yang eksotik. Namun, di ruang galeri Salihara, sebuah karya berjudul “Mooi Indie 21st Century” tak hanya tampak indah tapi juga sarat pesan kritis tentang pencemaran lingkungan.
Andrita Yuniza, seniman pembuatnya, menampilkan jejeran bola warna-warni seukuran genggaman tangan yang terbuat dari resin. Ada yang berwarna coklat, merah muda, hijau, merah pekat, abu-abu, dan biru.
Lulusan Program Studi Seni Rupa Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Institut Teknologi Bandung itu, tergelitik dengan pencemaran air di Sungai Cikapundung, Jawa Barat. Dengan pengamatan ke lokasi, Andrita mengetahui asal warna merah yang mencemari Sungai Cikapundung bersumber dari limbah pabrik tekstil di sekitarnya. Ada pula letupan-letupan kecil berwarna coklat yang tampak di permukaan air.
“Kata warga setempat, itu dari kotoran ternak sapi yang dialirkan ke sungai. Jadi, gas dari feses sapi itu terlihat di sungai,” ucap Andrita, Sabtu siang (14/9).
Begitu pula dengan riset serupa yang dia lakukan di muara pertemuan Sungai Citarik dan Citarum di Kabupaten Bandung. Hasil amatan itu, dia olah menggunakan campuran cat air dan resin yang dibentuk menjadi bola-bola kecil dengan gradasi gelap-terang yang unik.