Sosial dan Gaya Hidup

Slow living: Saat hidup tak sekadar mencari duit

Kenapa sebagian anak muda memilih menjalani gaya hidup slow living?

Jumat, 13 Desember 2024 14:30

Setelah beberapa tahun tinggal di Jakarta, Maya Santosa memutuskan pindah ke Sukabumi, Jawa Barat. Maya memilih memperlambat tempo hidupnya dan lebih banyak menghabiskan waktu bersama alam dan keluarga. Ia lelah dengan keseharian di ibu kota. 

"Saya lebih banyak menikmati waktu tanpa gangguan teknologi, seperti membaca buku, berkebun, atau sekadar menikmati waktu bersama keluarga dan teman-teman. Saya merasa dengan memperlambat tempo ini, saya bisa lebih menikmati hidup," kata Maya saat berbincang dengan Alinea.id, Jumat (13/12). 

Baik di Jakarta dan di Sukabumi, Maya bekerja sebagai seorang desainer grafis. Tetapi, di ibu kota, ia seperti tak pernah bisa lepas dari gadget dan aplikasi. Tuntutan pekerjaan seolah membuat dia tak pernah bisa "bernafas" lega.  

"Teknologi memang sangat membantu dalam banyak hal, tetapi saya merasa ia sering kali mempercepat hidup kita dengan cara yang kurang bermakna. Kita sering merasa terdorong untuk selalu terhubung, selalu mencari informasi baru, dan mengikuti tren terbaru," ujar dia. 

Diakui Maya, tak mudah untuk beralih dari gaya hidup serba cepat ke model slow living. Salah satu tantangan terbesar adalah mengubah kebiasaan yang sudah terbentuk di Jakarta, yakni harus produktif setiap saat. Di Sukabumi, ia memilih tak harus selalu sibuk. 

Irene Anggraini Reporter
Christian D Simbolon Editor

Tag Terkait

Berita Terkait