Penelitian menunjukkan sejak 1950-an manusia telah menghasilkan lebih dari 8 miliar ton plastik.
Dunia dikejutkan karena untuk pertama kalinya mikroplastik, partikel plastik atau fiber dengan ukuran kurang dari 5 mm, ditemukan di paru-paru manusia hidup dalam sebuah operasi di Inggris. Namun, sebenarnya penelitian menunjukkan bahwa manusia sudah menelan mikroplastik lewat makanan mereka. Apalagi jika alas makan atau minuman berbahan campuran plastik, meski hanya sebagian kecil. Mikroplastik memang ada di mana-mana.
Peneliti dalam Program Teknologi Lingkungan di University of Illinois, Jodi Flaws, saat diwawancarai The Washington Post menyebutkan riset mengenai mikroplastik memang relatif baru. Dengan demikian, belum ada kesimpulan yang tepat mengenai bahaya mikroplastik bagi manusia. Namun, terlalu banyak menelan mikroplastik yang mengandung banyak bahan kimia berpengaruh pada reproduksi dan obesitas. Pada anak-anak, mikroplastik bisa mempengaruhi tumbuh kembang.
Namun, mikroplastik bukan hal yang bisa dihindari. Penelitian menunjukkan sejak 1950-an manusia telah menghasilkan lebih dari 8 miliar ton plastik. Tidak sampai 10% dari total jumlah itu yang berhasil didaur ulang. Seiring waktu, sebagian besar telah dipecah menjadi partikel-partikel kecil yang masuk ke danau, sungai dan lautan, akhirnya mencemari makanan dan air kita. Lagipula, sebagian besar makanan dibungkus dengan plastik, yang menyebabkan partikel kecil pecah ke dalam makanan.
Sebuah penelitian, lanjut Flaws, yang diterbitkan Juni 2019 menghitung bahwa hanya dengan makan, minum dan bernapas, orang Amerika menelan setidaknya 74.000 partikel mikroplastik setiap tahun. Studi lainnya oleh World Wildlife Fund dan dilakukan oleh para peneliti di University of Newcastle di Australia memperkirakan bahwa orang mengkonsumsi sekitar 5 gram plastik seminggu.
Ada bukti pada hewan bahwa mikroplastik dapat melintasi membran kuat yang melindungi otak dari banyak benda asing yang masuk ke aliran darah. Seorang ibu mungkin dapat melewati mikroplastik melalui plasenta ke janin yang sedang berkembang, menurut penelitian yang dipresentasikan pada konferensi musim semi di Rutgers Center for Urban Environmental Sustainability pada 2019.