Film ini menceritakan sistem makan di sebuah penjara vertikal berbentuk menara (tower).
Kesenjangan sosial yang kerap terjadi di mana-mana, termasuk di penjara digambarkan melalui sebuah film bertajuk The Platform. Film ini menceritakan sistem makan di sebuah penjara vertikal berbentuk menara (tower).
Dikisahkan, penjara ini memberi makan pada para penghuninya satu kali dalam 24 jam. Makanan dibagikan melalui platform yang bergerak dari atas ke bawah melalui lubang besar di lantai dan langit-langit. Karena itu, bagi mereka yang ditempatkan di penjara level teratas, memiliki kemampuan untuk mengambil porsi makanan lebih banyak dan dalam kondisi yang layak. Sementara, penghuni penjara di level bawah hanya bisa menikmati sisa-sisa makanan yang ditinggalkan oleh tingkatan yang berada di atasnya. Bahkan, apabila sial, penghuni penjara level bawah tidak mendapatkan kesempatan untuk makan karena tidak ada lagi yang tersisa.
Tiap bulannya, para penghuni bakal dipindahkan ke level lain secara acak, cukup adil bukan? Jika beruntung, penghuni dapat berada di level atas, ataupun sebaliknya.
Sederhananya, The Platform menceritakan kesenjangan sosial yang sering ditemui, bahkan di penjara. Di saat para penghuni penjara level atas bergelimang makanan, ada penghuni penjara level bawah yang mungkin saja menahan kelaparan semalaman karena ketamakan dan keserakahan para penghuni level atas.
Kesenjangan lain, penghuni level bawah mendapatkan makanan yang sudah tidak layak dikonsumsi, misalnya telah terinjak-injak, terkontaminasi air seni, dan lain sebagainya.