Sejak tiga tahun belakangan, tren barbershop telah menggeser posisi salon dan tukang cukur tradisional.
Sore itu, hanya ada empat pemangkas rambut yang tengah menunggu pelanggan, saat saya tiba di Big Boys Barbershop—salah satu salon di bilangan Tebet, Jakata Selatan. Ruangan di dalam barbershop itu tak terlalu luas, hanya sekitar 3x8, dengan dekorasi cat berwarna hitam.
Ada tiga bangku busa lebar berlapis kulit imitasi menghadap cermin besar, dan sebuah meja panjang tempat segala alat cukur. AC yang ada di ruangan itu, membuat suasana terasa sejuk.
“Mau model rambut kayak gimana?” tanya Ari, salah seorang pemangkas yang bekerja di sana.
Ari sudah menjadi tukang pangkas rambut sejak 2000-an. “Dulu kalau kerja sebagai tukang pangkas gini, suram,” katanya.
Sekarang, dia bersyukur. Tren barbershop alias tempat cukur cowok menjamur di berbagai kota besar. Hal itu ikut menaikan pamor para pemangkas rambut seperti Ari.