Para konglomerat terkaya Indonesia berlomba-lomba masuk ke e-commerce demi mengejar valuasi dan capital gain dibandingkan profit.
Pengalaman buruk dua konglomerat, Mochtar Riady dan Hary Tanoesoedibjo yang pernah gagal, seolah tak membuat para konglomerat kapok berinvestasi di bidang bisnis niaga elektronik (e-commerce). Meskipun memang perusahaan e-commerce yang beroperasi di Indonesia di bawah bayang-bayang gulung tikar.
Meski hingga kini belum memberikan keuntungan dari sisi laba, para taipan masih berlomba-lomba menanamkan modal di perusahaan e-commerce lantaran besarnya potensi pasar yang ada di Indonesia.
Jumlah penduduk yang besar dan penetrasi internet yang relatif rendah dibandingkan negara-negara maju, membuat peluang di sektor ekonomi digital ini masih terbuka lebar.
Badan Pusat Statistik (BPS) memproyeksi, jumlah penduduk Indonesia pada 2020 mencapai 270 juta jiwa. Kemudian, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mencatat tingkat penetrasi internet di Indonesia baru mencapai 63,5% dari jumlah penduduk per Juni 2019.
Tak pelak, para konglomerat berlomba-lomba menginvestasikan dananya di berbagai perusahaan e-commerce, baik skala lokal maupun internasional.