Perkara suap di sepak bola kita pertama kali terjadi pada 1961, saat Persebaya menjamu PSM di Kejurnas PSSI.
Kasus suap yang melibatkan Jafeth terbongkar pada Juli 1979. Melansir Tempo edisi 28 Juli 1979, Jafeth menerima uang suap dari Jeffry Suganda Gunawan untuk mengalah dari Cahaya Kita dalam laga Galatama di Stadion Menteng, Jakarta pada 5 Juni 1979. Pertandingan itu dimenangkan Cahaya Kita 1-0.
Di samping Jafeth, empat pemain Perkesa 78 lainnya, yakni Baso Ivak Dalam, Yulius Woff, Frederick Sibi, dan Saul Sibi, yang disebut juga terlibat dalam skandal suap, hanya diberi peringatan keras dari klub dan PSSI.
Dalam buku Acub Zainal: I Love the Army (1998) yang ditulis Nurinwa Ki S. Hendrowinoto dkk, bos Perkesa 78 Acub Zainal sangat kecewa dengan kelakuan anak asuhnya. Ia kemudian meminta kepada Komisi Galatama agar Perkesa 78 diizinkan tak ikut kompetisi selama dua bulan. Acub pun sempat ingin membubarkan Perkesa 78.
“Namun, ia cabut kembali setelah 10 hari karena mendapat dukungan dari berbagai pihak untuk jalan terus,” tulis Nurinwa dkk.