Pembantaian di Desa Rawagede dan Sulawesi Selatan merupakan kekerasan yang paling menonjol.
Pascaproklamasi Indonesia, terjadi dua agresi militer Belanda pada 21 Juli-4 Agustus 1947 dan 19-20 Desember 1948. Dalam rangkaian aksi militer Belanda itu, terjadi kekerasan terhadap penduduk yang membuat luka sejarah.
Yang paling dikenang hingga kini adalah pembantaian warga sipil di Desa Rawagede—kini Desa Balongsari, Karawang, Jawa Barat—oleh pasukan Belanda pada 9 Desember 1947. Diperkirakan sebanyak 431 penduduk tewas dalam peristiwa itu.
Peristiwa berdarah lainnya terjadi di Sulawesi Selatan pada Desember 1946-Januari 1947. Saat itu, pasukan khusus Depot Speciaale Troepen (DST) pimpinan Raymond Pierre Paul Westerling, membunuh 40.000 penduduk.
Menurut sejarawan Sri Margana, pembantaian di Rawagede dan aksi militer Westerling di Sulawesi Selatan merupakan wujud dari “kekerasan berlebihan” yang paling menonjol.