Ide kereta bawah tanah muncul dari Gubernur Jakarta Soemarno Sastroatmodjo.
Orang yang menggagas pembangunan kereta bawah tanah itu adalah Gubernur Soemarno. Dalam sebuah wawancaranya dengan wartawan Mingguan Djaja edisi 15 Februari 1964, Soemarno menegaskan kereta api sangat penting bagi pemecahan masalah angkutan massal di ibu kota.
Ia pun merencanakan akan membangun jalur kereta api bawah tanah di dalam kota, dan jalur kereta api di permukaan tanah di pinggiran kota. Menurutnya, hal ini dilakukan agar kereta api tak menimbulkan gangguan lalu lintas di jalan raya.
“Pentingnya kereta api bagi warga Jakarta bisa dilihat dari angka, jumlah penumpang kereta api pada lintas-lintas di Jakarta adalah 80.000 orang sehari. Artinya, setiap hari kereta mampu mengangkut 2.650 penumpang bus, belum termasuk bagasinya,” tulis Mingguan Djaja, 15 Februari 1964.
Soemarno mengatakan, ada dua konsekuensi yang akan diambil pemda. Pertama, menghilangkan Stasiun Gambir dan Stasiun Senen. Kedua, jalur kereta antara Manggarai-Gambir-Jakarta Kota dan Jatinegara-Senen-Jakarta Kota akan ditenggelamkan ke bawah tanah.