Kompetensi anak-anak sekolah di Indonesia diprediksi menurun selama penutupan sekolah dan kegiatan pembelajaran jarak jauh diberlakukan.
Kompetensi anak-anak sekolah di Indonesia diprediksi menurun selama penutupan sekolah dan kegiatan pembelajaran jarak jauh (PJJ) diberlakukan saat pandemi Covid-19. Penurunan kemampuan siswa itu (learning loss) terutama bakal dirasakan pada anak-anak yang usianya tergolong usia emas alias 0-6 tahun.
Pengamat pendidikan Andreas Tambah mengatakan besarnya potensi learning loss anak-anak usia emas tergambar dari menurunnya jumlah siswa di lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD). Menurut dia, kebanyakan PAUD hanya mengajar 15-20% peserta didik dari total kapasitas murid di PAUD pada awal pandemi.
Meskipun angkanya naik pada tahun kedua, banyak PAUD masih kesulitan beroperasi atau bahkan tutup total karena dampak pandemi. "Mungkin, pangkalnya, sekolah yang tidak menyiasati situasi dengan baik sehingga jumlah peserta didiknya relatif sangat rendah sekali," ucap Andreas kepada Alinea.id, belum lama ini.
Terpuruknya perekonomian keluarga menjadi salah satu penyebab orang tua enggan menyekolahkan anaknya di PAUD. Meskipun situasinya serba sulit, Andreas berharap, orang tua tidak melupakan pendidikan anak usia dini. "Usia emas itu sangat krusial untuk membantuk karakter siswa. Tapi, catatannya antara materi PAUD dan SD harus nyambung," kata dia.
Dalam laporan yang dirilis Oktober lalu, World Bank memperkirkan siswa kehilangan rata-rata sekitar setengah tahun pembelajaran karena PJJ dan penutupan sekolah dari periode Maret hingga September 2020. Itu setara dengan 16 poin PISA (Programme for International Student Assessment). Poin PISA mengukur kemampuan anak usia 15 tahun untuk menggunakan pengetahuan dan keterampilan membaca, matematika, serta sains.