Tradisi window dressing kerap mengerek pasar saham ke tren positif.
Window dressing menjadi cara perusahaan terbuka untuk memoles laporan keuangannya. Caranya dilakukan antara lain dengan menunda pembayaran. Bisa juga dengan mencari cara untuk membukukan pendapatan lebih awal. Selain itu, manajer investasi juga akan menjual saham dengan kerugian besar dan membeli saham dengan harga tinggi menjelang akhir tahun atau kuartal-IV. Sekuritas kemudian melaporkan transaksi tersebut sebagai bagian dari kepemilikan dana.
Mengutip investopedia.com, window dressing memang merupakan strategi yang digunakan oleh perusahaan atau manajer investasi untuk meningkatkan penampilan kinerja saham atau reksa dana sebelum disajikan kepada investor atau pemegang saham. Fenomena window dressing sering ditemukan pada akhir tahun atau menjelang tutup buku.
"Sebentar lagi akan masuk ke penghujung tahun, biasanya erat dikaitkan dengan window dressing," kata Pengamat Pasar Modal Rivan Kurniawan, kepada Alinea.id, Minggu (31/10).
Benar saja, window dressing di Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai terlihat pada Oktober dan akan terus berlangsung hingga akhir 2021. Hal itu seiring dengan kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sejak akhir September 2021. Seperti diketahui, IHSG naik 2,22% ke level 6.286,94 sepanjang September 2021, dari posisi 6.150,29 pada akhir perdagangan Agustus.
Pada perdagangan 29 Oktober 2021, IHSG kembali ditutup menguat di level 6.591,35 atau naik 1,03% dari bulan sebelumnya. Zona hijau berlanjut pada perdagangan Senin (8/11) saat IHSG ditutup menguat 50,51 poin atau 0,77% ke 6.632,29.