Koin dinar dan dirham dahulu dikenal sebagai alar transaksi.
Pengamat Ekonomi Islam Universitas Indonesia (UI), Yusuf Wibisono menyebut, mencuatnya pengaplikasian dinar dan dirham khususnya di Pasar Muamalah Depok terjadi atas keyakinan keagamaan. Tapi, dia menilai, terlalu berlebihan jika sampai dikaitkan dengan fanatisme tertentu.
"Orang beli emas dan perak (koin dinar dirham) enggak ada yang melarang. Enggak ada yang istimewa. Kalau kemudian dikaitkan dengan radikalisme sampai khilafah itu berlebihan," ujar Yusuf kepada Alinea.id, Senin (8/2).
Yusuf berpendapat minat suatu kalangan terhadap dinar dan dirham yang berasal dari emas dan perak itu, bisa jadi karena nilainya yang lebih tahan dari inflasi (kenaikan harga) dibandingkan uang kertas.
Alinea.id mengulas penggunaan koin emas dinar dan koin perak dirham di belahan dunia dan di Tanah Air dalam artikel ini.