Penjualan daring membantu omzet yang anjlok sejak awal pandemi.
Di Indonesia, sambal siap saji kini bisa dengan mudah ditemui di pasaran. Beberapa usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) mengolah makanan pedas ini dan dikemas dalam botol plastik, kaca, maupun kaleng. Sebut saja sambal terasi, sambal matah, sambal ijo, sambal bajak, dan lain-lain.
Pandemi memicu kian banyaknya masyarakat yang mencoba peruntungan di sektor ini. Akibatnya, persaingan semakin meningkat. Dibutuhkan strategi jitu agar sanggup bertahan dan meningkatkan penjualan.
Salah satu pelaku bisnis sambal adalah Imam Masyhuda. Sebagai seorang karyawan sebuah perusahaan pelat merah, awalnya ia harus menerima konsekuensi dimutasi tiap dua tahun sekali. Padahal, pria yang berdomisili di Balikpapan, Kalimantan Timur ini sudah memiliki bisnis sampingan yakni berjualan sambal Roa.
Karenanya, ia merasa tak sanggup harus terus-menerus berpindah kota hingga ke pelosok sembari membesarkan bisnis. Akhirnya, pada Januari 2019, Imam memberanikan diri untuk undur diri dari posisinya di BUMN.
“Teman-teman tanya, memang mau ngapain resign? Saya bilang, mau jualan sambal,” ujarnya, ketika berbincang dengan Alinea.id, Rabu (18/8).