Sejak tiga tahun belakangan, tren barbershop telah menggeser posisi salon dan tukang cukur tradisional
Pada 1990-an, masih sering dijumpai tukang cukur yang keliling membawa kursi lipat dan tas berisi peralatan pemangkas rambut. Tukang cukur yang mangkal di sudut-sudut jalan pun, atau yang diistilahkan tukang cukur DPR alias “di bawah pohon rindang” masih bisa ditemui.
Saat ini, tukang cukur seperti itu sudah tak ditemui lagi di kota besar seperti Jakarta. Kalau pun ada, hanya satu-dua saja di pinggiran kota. Sementara, salon pria yang dikenal dengan istilah barbershop makin jaya.
Menurut penata rambut profesional sekaligus pemilik jaringan bisnis salon rambut dan kecantikan, Rudy Hadisuwarno, naiknya tren barbershop di Indonesia tumbuh seiring perkembangan barbershop di negara-negara Eropa.
“Sejak tiga tahun belakangan, tren barbershop telah menggeser posisi salon dan tukang cukur tradisional,” kata Rudy saat dihubungi, Kamis (7/2).
Dia mengatakan, bercukur di barbershop bagi kaum pria sudah menjadi bagian dari gaya hidup. “Lagian kan salon bukan tempat cukur khusus pria ya, dan kalau tukang cukur tradisional mereka tidak melayani creambath dan keramas,” kata Rudy.