Ada 16 desa di Jawa Barat yang masuk seluruhnya atau sebagian ke wilayah DKI Jakarta.
Berpusatnya segala kegiatan, seperti ekonomi, sosial, politik, dan kebudayaan di Jakarta menjadikan Ibu Kota mengalami pertumbuhan penduduk karena arus urbanisasi dari daerah-daerah di sekitarnya. Hal itu memang menjadi masalah pelik pada awal 1970-an. Pemda DKI Jakarta di bawah Ali Sadikin, sebelum terangkat konsep Jabotabek sudah pusing dengan problem ini.
Selesai upacara pengangkatan sebagai Gubernur DKI Jakarta untuk yang kedua kalinya pada Mei 1971, Ali mengungkapkan kepada wartawan jumlah penduduk Jakarta sudah hampir empat juta jiwa. Pertambahannya rata-rata 4% setahun, dengan rincian 2,8% akibat pertambahan alamiah dan 1,2% karena urbanisasi.
“Urbanisasi itulah masalah yang terus mengejar tak henti-hentinya. Ibarat kebobolan yang tidak bisa dibentung di satu tempat, kebobolan yang berpindah-pindah tempat. Pertambahan penduduk yang rata-rata 140.000 jiwa per tahun bukan perkara ringan,” kata Ali dalam buku Bang Ali: Demi Jakarta (1966-1977) (1993) yang ditulis Ramadhan KH.
Akibat pertumbuhan penduduk di Jakarta pula pada 14 Agustus 1968 muncul petisi DPRD-GR DKI Jakarta kepada pemerintah pusat dan DPR-GR meminta saran usaha pemekaran wilayah Ibu Kota.