Energi surya merupakan Energi Baru Terbarukan (EBT) yang berlimpah.
Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) mencatat produksi Pembangkit Listrik Tenaga Surya telah mencapai 146,6 Mega Watt (MW) per kuartal I 2020. Pemerintah pun terus memacu pengembangan energi surya.
Dalam Rancangan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) yang diajukan PLN dan disetujui oleh Kementerian ESDM, sebanyak 804,9 MW listrik akan dihasilkan dari PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) pada 2025. Di tahun yang sama, pemerintah menargetkan bauran energi surya sebesar 23% dalam Rancangan Umum Energi Nasional (RUEN).
Namun, realisasi produksi listrik yang ada masih jauh dibandingkan potensi energi surya yang dapat dikembangkan. Menurut Ketua Umum Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) Surya Darma, potensi energi surya di Indonesia menurut perhitungan kasar para ahli mencapai 300 Giga Watt (GW). Namun, angka tersebut masih belum melalui studi kelayakan.
Surya menganggap pengembangan energi surya tergolong murah dibandingkan EBT lainnya. Energi surya juga selalu tersedia selama matahari masih terus menyinari bumi. Dia menilai besarnya potensi energi surya harus dibarengi dengan kepastian pasar bagi industri panel surya di Tanah Air.
Alinea.id mengulas potensi besar energi surya dan berbagai kendalanya disini.