Produk fashion yang dijual secara daring mengalami lonjakan penjualan.
Direktur Kuliner, Kriya Desain dan Fesyen Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Yuke Sri Rahayu mengakui, kinerja industri fesyen nasional selama pandemi turun tajam.
Mengutip data Kementerian Perindustrian (Kemenperin), sepanjang 2020 industri Kimia, Tekstil, dan Farmasi 2020 masih mengalami kontraksi minus 1,49% dengan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,48%. Kemudian nilai ekspor sektor ini mencapai 33,99% dari total ekspor nasional. Sementara untuk industri tekstil dan pakaian jadi hanya mencapai US$10,62 miliar dalam periode yang sama.
Padahal, sebelum pandemi, industri kreatif membuktikan diri sebagai sektor yang produktif dengan menyumbang devisa hingga Rp1.200 triliun pada 2019. Fesyen masuk di dalamnya, bahkan menjadi kontributor terbesar kedua setelah kuliner.
“Namun, Covid-19 menghantam sektor ini yang berdampak pada pemutusan hubungan kerja ribuan karyawan hingga sejumlah pabrik berhenti beroperasi,” katanya, kepada Alinea.id, Senin (29/6).
Pelaku bisnis fesyen pun bersiasat dengan melebarkan sayap ke penjualan online. Salah satunya, marketplace Tokopedia yang berkontribusi meningkatkan penjualan produk fesyen.