Perkembangan komunisme di Filipina tak bisa dilepaskan dari sosok Jose Maria Sison atau yang akrab Joma Sison.
Perkembangan komunisme di Filipina tak bisa dilepaskan dari sosok Jose Maria Sison atau yang akrab Joma Sison. Lahir pada 8 Februari 1939, Joma adalah putra dari seorang tuan tanah kaya raya di Cabugao, Ilocos Sur, Filipina.
Pada 1959, Joma lulus dari University of the Philippines (UP). Sempat diterima jadi dosen di kampus itu, Joma dipecat setelah terlibat dalam berbagai aksi unjuk rasa mahasiswa dan rutin mengkritik kebijakan-kebijakan UP.
Setelah dipecat, Joma sempat berlajar bahasa dan literatur di Jakarta. Di sana, Joma berkenalan dengan tokoh-tokoh Partai Komunis Indonesia (PKI). Bahkan, karya monumental Joma bertajuk Philipine Society and Revolution (PSR) bahkan dituding menjiplak Masjarakat Indonesia dan Revolusi Indonesia (MIRI) karya Aidit.
Pada pengujung 1968, Joma mendirikan Communist Party of the Philippines (CPP). Joma didapuk sebagai Ketua Komite Sentral CPP. Tiga bulan berselang, the New People’s Army (NPA), sayap militer CPP terbentuk. Hingga kini, organisasi bentukan Joma itu masih aktif menggelar perang gerilya di berbagai daerah di Filipina.
Selain sebagai tokoh komunis, Joma juga dikenal sebagai pejangga. Ia rutin mengeluarkan buku-buku puisi. Sepulang dari Indonesia, ia bahkan pernah menerjemahkan sejumlah karya Chairil Anwar, penyair terkemuka Indonesia dari angkatan 45.