Munculnya tren minum kopi di cafe atau kedai kopi rupanya punya akar sejarah yang panjang.
Budaya ngopi di Paman Sam dimulai sejak 1971 saat kedai kopi Starbucks untuk pertama kalinya buka di Pike Place, Seattle. Semua pengunjung yang umumnya pria ramai-ramai datang selepas jam kerja untuk menyesap secangkir kopi. Starbucks sebagai pelopor kedai kopi gaul lantas melebarkan sayap ke berbagai negara termasuk Indonesia. Sebanyak nyaris 6.000 kedai Starbucks menghiasi tiap sudut perkotaan di berbagai negara.
Di Jakarta sendiri khususnya, budaya ngopi tampak sejak awal 1990-an, berbarengan dengan menjamurnya pusat perbelanjaan. Situs Intisari mencatat dua café pelopor yang muncul di Plaza Indonesia, yakni Café Elxelso dan Oh-La-La. Sekejap Jakarta disesaki dengan kedai kopi, warung kopi, atau dalam konsep yang lebih urban disebut café.
Jika tak ingin tergilas persaingan, harus ada diferensiasi. Akhirnya muncul café dengan beragam konsep. Ada konsep cafe hijau, cafe kue, cafe pinik, dan cafe buku. Untuk konsep café buku sendiri banyak lahir di café-café Amerika Serikat dan Eropa.