Data WHO menyebut, ada 3,7 kasus bunuh diri per 100.000 penduduk Indonesia pada 2016.
Psikolog Melly Puspita Sari menyayangkan sebagian warga yang hanya merekam dan mengirimkan dorongan untuk bunuh diri. Menurutnya, warga sesungguhnya bisa mengulur waktu di saat kritis itu.
“Mereka yang merekam dan mengunggah video tersebut memberikan cara pada orang lain untuk ‘gini lho, cara mati cepat.’ hal itu semestinya tak ditunjukkan ke publik,” kata Melly saat dihubungi reporter Alinea.id, Senin (25/2).
Kurang empati dalam kasus bunuh diri ini, kata Melly, lantaran lunturnya rasa kekeluargaan dalam masyarakat. “Empati, itu bisa kita artikan mampu merasakan perasaan orang lain, melihat sesuatu dari perspektif seseorang,” ujar Melly.
Dalam kasus bunuh diri, kata Melly, empati bisa diberikan secara kognitif dengan cara memahami perspektif orang lain, dan memberikannya perspektif baru.