Industri wastra di Tanah Air menghadapi berbagai tantangan, termasuk pandemi.
Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FEB UI) Lilawati Kurnia menyebut salah satu tantangan terbesar industri wastra adalah tidak adanya regenerasi di kalangan pengrajin. Padahal, sebenarnya wastra nusantara memiliki potensi ekonomi yang sama besarnya dengan bidang pariwisata jika ditangani secara serius.
“Para pengrajin sudah tua-tua, harusnya proses pembuatan kain perlu diajarkan kepada generasi muda. Biar potensi ekonomi dan warisan budaya tidak mati begitu saja,” katanya kepada Alinea.id (Senin/23/8).
Regenerasi nyatanya bukan menjadi masalah utama pengembangan potensi wastra nusantara. Selama pandemi, ada masalah lain yang mengintai sektor ekonomi kreatif tersebut. Penjualan kain semakin menurun dan banyak sentra-sentra wastra dan pengrajin kain yang memutuskan menutup tempat usahanya.
“Sejak Maret akhir, penjualan itu terus turun. Padahal, seharusnya April sampai Juni itu adalah momen bagi tumbuhnya penjualan wastra, karena ada banyak pameran dan festival, di mana kita bisa jualan,” kata Perwakilan Bidang Diklat dan Kepala Humas Asosiasi Pengrajin dan Pengusaha Batik Indonesia (APPBI) Agus P. Sukrowinarso kepada Alinea.id, Kamis (26/8).
Alinea.id mengulas segudang tantangan yang dihadapi industri wastra nasional dalam artikel ini.