Pengguna aplikasi telemedicine melonjak drastis sejak pandemi Covid-19.
Di era modern ini, layanan telemedicine hadir sebagai bentuk kepraktisan. Pasien tidak perlu datang berduyun-duyun ke rumah sakit. Antre berjam-jam hanya untuk menebus resep obat pun bisa dihindari. Bermodalkan gawai yang terhubung internet, layanan medis pun lebih mudah didapat.
Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization) mendefinisikan telemedicine sebagai pelayanan kesehatan oleh tenaga medis menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Layanan ini bisa bertujuan untuk mendiagnosis, mengobati, mencegah, dan mengevaluasi kondisi kesehatan seseorang yang berada jauh dari fasilitas kesehatan.
Satu dekade lalu, konsultasi jarak jauh ini dilakukan melalui teknologi sederhana. Seperti perawat kesehatan di daerah terpencil berkonsultasi dengan dokter di rumah sakit besar di kota melalui pesan singkat (SMS) ataupun sambungan telepon.
Namun kini, perkembangan telemedicine sudah makin pesat. Telemedicine bahkan bisa digunakan untuk membaca hasil rekam jantung ultrasonografi (USG) pasien. Medianya juga sudah bisa melalui situs dan aplikasi daring di gawai yang terhubung dengan internet. Konsultasi praktis tanpa tatap muka langsung bisa dilakukan dimanapun dan kapanpun.
Alinea.id mengulas perkembangan telemedicine di era pandemi disini.