Konser musik yang mulai banyak digelar setelah pandemi menimbulkan persoalan sampah yang menggunung.
Solid Waste Management Campaign Strategist Waste4Change Albert Magnus Dana Suherman mengungkapkan, konser dan festival musik yang mulai banyak digelar pada pertengahan tahun lalu hingga saat ini memang menjadi sebuah keceriaan pascapandemi. Namun, hal ini justru menimbulkan permasalahan lain, yakni timbulan sampah.
Menurutnya, hal ini dapat terjadi karena jarang sekali ada konser yang menerapkan zero-waste dalam penyelenggaraannya. Sebaliknya, permasalahan sampah justru kerap kali dianggap enteng oleh panitia penyelenggara.
“Padahal produksi sampah yang tinggi di konser bisa ditekan dengan tindakan preventif (pencegahan),” jelasnya kepada Alinea.id, Sabtu, (1/4).
Tindakan preventif itu antara lain, pengecekan barang bawaan oleh panitia penyelenggara serta mengharuskan penonton untuk membawa set alat makan pakai ulang dan tumbler, hingga menyediakan water station di titik-titik strategis venue. Anjuran dan edukasi ini pun harus dilakukan promotor jauh-jauh hari dan semasif mungkin. Sehingga ada waktu bagi penonton untuk menyiapkan barang bawaannya tersebut dan mengemasnya dalam tas guna ulang, bukan kantong plastik.
“Peraturan yang diberlakukan oleh panitia ini wajib ditaati bukan cuma oleh penonton saja, tapi juga seluruh tim, baik volunteer, crew, vendor, sampai petugas kebersihan,” tegasnya.