Masih jauh dari target, proyek sumur resapan untuk mengendalikan banjir di DKI Jakarta dihapus.
Program sumur resapan yang dicanangkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai salah satu program mengendalikan banjir resmi dihapus. Awal Desember lalu, Banggar DKI Jakarta menyepakati program sumur resapan dicoret dari dari rancangan KUA-PPAS tahun anggaran 2022.
Sebelumnya, Anies Baswedan menargetkan bakal membangun 1,8 juta sumur resapan terbangun pada masa kepemimpinannya. Target itu tercatat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) DKI 2017-2022. Namun, Pemprov DKI tercatat hanya baru membangun 3.964 sumur resapan pada 2020. Itu baru sekitar 0,2% dari target RPJMD.
Meskipun kurang efektif sebagai solusi mengatasi banjir, pengamat tata kota dari Universitas Trisakti Yayat Supriyatna mengatakan program sumur resapan tidak seharusnya dihapus. Menurut Yayat, pembangunan sumur resapan secara masif penting sebagai solusi memasok cadangan air tanah dan mencegah penurunan muka tanah DKI Jakarta.
"Kalau banjir dengan skala besar tentu tidak bisa. Dia (sumur resapan) tetap penting dalam konteks menambah potensi cadangan air tanah. Untuk banjir, perlu upaya masif berupa pembangunan kantong-kantong air berskala besar, seperti waduk atau embung," ujar Yayat kepada Alinea.id di Jakarta, belum lama ini.
Supaya tak lagi dipersoalkan dan dikeluhkan publik, Yayat berharap Pemprov DKI lebih berhati-hati dalam memilih titik pembangunan sumur resapan. Selain harus disesuaikan dengan kebutuhan kawasan, instalasi sumur resapan juga mesti diuji dulu supaya tidak mubazir dan buang-buang anggaran.