Faktor kehati-hatian (prudence) Iran untuk tidak mudah terprovokasi AS adalah kunci menghindarkan dunia dari perang.
Dunia sekarang ini sedang cemas dengan perkembangan di Timur Tengah pasca terbunuhnya pemimpin Garda Revolusi Iran Qasem Soleimani oleh serangan drone AS. Iran meradang dan bersumpah akan membalas dendam. Pemerintah AS memperingatkan Teheran untuk tidak bertindak macam-macam kalau tidak ingin diperangi.
Melihat situasi seperti itu, publik kemudian penasaran, apakah perang Iran-AS akan pecah dalam waktu dekat? Kita tidak punya bola kristal untuk memprediksi dengan akurat apakah Perang Teluk jilid 4 itu akan terjadi atau tidak. Yang bisa kita lakukan hanyalah menerka-nerka kira-kira seperti apa prospek keamanan di kawasan bergolak tersebut.
Kepentingan Israel
Tulisan ini tidak menjawab secara langsung pertanyaan di atas. Tulisan ini berpendapat bahwa AS sejak lama menginginkan perang dengan Iran. Di dalam tubuh pemerintahan AS terdapat kelompok garis keras (hawkish) neokonservatif yang sangat getol mendesak Washington untuk menyerang Iran. Kelompok ini merupakan aktor intelektual di balik invasi AS ke Irak pada 2003.
Dalam buku kontroversial The Israel Lobby and US Foreign Policy (2007:292), John Mearsheimer dan Stephen Walt mengutip pernyataan tokoh neokonservatif Irving Kristol bahwa setelah menyerang Irak maka target perang AS selanjutnya adalah Iran. Menurut penulis, kelompok ini punya hubungan dekat dengan kelompok lobi Yahudi di AS yang berkepentingan untuk menjaga keamanan Israel dari ancaman Iran.