Pilihan belajar bahasa-bahasa asing dianjurkan jika ingin sekolah memiliki peran dalam pembentukan biografi para murid pintar.
Kita mengawali 2020 dengan tumpukan impian bahasa dan pekerjaan. Konon, bahasa itu bekal (ter) penting dalam mencari pekerjaan. Pengumuman-pengumuman lowongan pekerjaan sering mencantumkan ketentuan bagi pelamar: menguasai bahasa asing. Kita mencatat bahasa Inggris itu utama dibandingkan bahasa-bahasa asing lain. Belajar bahasa untuk bekerja. Faedah bahasa perlahan turun derajat. Bahasa tak lagi serumit pemikiran para filosof, pengarang, sejarawan, atau filolog. Bahasa dianggap bermakna asal bisa digunakan mendapatkan pekerjaan.
Menteri Agama Fachrul Razi menginginkan penambahan pelajaran bahasa asing di madrasah. Bahasa-bahasa asing diajarkan sebagai tambahan pelajaran, tak masuk di pelajaran pokok setiap hari. Penambahan dimaksudkan "meningkatkan daya saing siswa-siswi madrasah usai lulus dalam mencari kerja" (Republika, 9 Januari 2020). Kita membaca jelas hubungan bahasa dan pekerjaan.
Selama murid belajar di madrasah, ketekunan dan kemauan belajar bahasa-bahasa asing diharapkan membekali pemenuhan impian mendapat pekerjaan. Bahasa bukan mula-mula dimengerti dalam raihan pengetahuan atau membentuk diri bijak. Ingat, bahasa diakui berfaedah jika memenuhi ketentuan-ketentuan di pengumuman lowongan pekerjaan. Murid-murid di madrasah dianjurkan belajar bahasa Arab, Inggris, Jepang, Jerman, Mandarin, dan lain-lain. Kemampuan menggunakan bahasa Indonesia belum menjamin masa depan pekerjaan.
Dulu, kita mengerti murid-murid di madrasah bakal mendapat pelajaran agama dengan kadar besar ketimbang pelajaran-pelajaran umum. Pada suatu masa, murid madrasah kadang diremehkan oleh murid-murid di sekolah umum. Babak itu berlalu. Pada abad XXI, madrasah sudah berbeda menuruti pelbagai kebijakan pemerintah dan perubahan tatanan politik, ekonomi, agama, sosial, dan teknologi.
Madrasah jangan lagi diremehkan tanpa argumentasi matang. Kini, madrasah ingin memiliki makna imbuhan dengan pengajaran bahasa-bahasa asing. Murid-murid madrasah setelah lulus berhak melanjutkan ke universitas di luar negeri atau bekerja. Ilmu agama tetap diperlukan meski tak sepenting penguasaan bahasa asing bila membaca pengumuman lowongan pekerjaan atau bursa kerja.