Tatanan baru yang seharusnya segera dipandu oleh para ideolog, aktivis, selebritas agar kekayaan menjadi milik semua
Wabah Covid ini, membuat kita memikirkan dan mulai memasang batu-batu untuk membangun sebuah dunia baru. Wabah ini, adalah buah dari bekerjanya sistem ekonomi yang mengedepankan eksploitasi berlebihan terhadap alam, hewan, tenaga kerja, dan seluruh modal lainnya. Tak heran jika energi, pangan sebagai barang publik atau bahkan sistem kesehatan, riset dan pendidikan dan sistem sosial politik lainnya yang milik publik lainnya, dikuasai dan diakumulasi oleh segelintir badan usaha privat serta dilegalkan oleh kebijakan negara.
Wabah ini juga telah memperlihatkan tentang solidaritas antar warga sebagai penyelamat bangsa ini. Modal sosial kita di sana masih ada dan barangkali masih cukup kuat. Padahal, di sisi lainnya, kita melihat sektor privat besar yang selama ini telah diberi begitu banyak priveledge justru tak banyak membantu, bahkan mereka tetap berperilaku sama, yakni mengambil keuntungan sebesar-besarnya dalam situasi kelam ini.
Sebagai contoh saja, ketika warga memperlihatkan ragam solidaritas untuk driver aplikasi transportasi online. Kita bahkan tidak mendengar perusahaan aplikasi ini turut serta dalam program konkrit menyelamatkan mitranya para driver.
Ketika seruan bekerja di rumah dari rumah, tetap tinggal di rumah dan seruan lainnya untuk mencegah penyenaran wabah yang meluas, telah mengakibatkan kelompok pekerja informal, buruh-buruh mengalami situasi yang pelik. Warga kembali turun tangan. Rakyat bantu rakyat demikian tagarnya.
Singkatnya, publik hari ini tidak menemukan solidaritas yang besar dari pengusaha-pengusaha kaya yang selama ini dimanjakan pemerintah dengan segenap regulasi dan dana.