Kolom

Ironi Esemka dan SMK memasuki Revolusi Industri 4.0

Cerita pendek mobil Esemka yang memunculkan Jokowi sebagai pemeran utama jauh berbeda dengan kisah panjang yang ditempuh industri otomotif

Jumat, 12 April 2019 16:43

Mobil Esemka dan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah ironi memasuki Revolusi Industri 4.0. Ketika Jokowi (Joko Widodo) menjabat sebagai Wali Kota Solo, dia menggunakan Esemka sebagai kendaraan dinas. Langkah sang Wali Kota mendapat sambutan dan kekaguman. Banyak pihak ikut memesan Esemka yang konon sudah berjumlah ribuan. Esemka digadang-gadang bakal menjadi mobil nasional. Nama Jokowi melambung tinggi memberi harapan. Harapan tersebut dikapitalisasi sang Wali Kota untuk melancarkan karir politiknya mencalokan diri sebagai Gubernur DKI Jakata (2012) dan Presiden Republik Indonesia (2014). 

Sayangnya, kecemerlangan karir politik Jokowi tidak sejalan dengan nasib tragis Esemka. Esemka tidak kunjung diluncurkan walaupun Jokowi telah memerintah selama empat tahun lebih sebagai Presiden RI. Sedikit titik terang tentang nasib Esemka muncul tapi langsung meredup ketika Jokowi berucap, "setelah jadi, ya, diserahkan kepada industri. Mau diproduksi atau tidak produksi, ya bukan urusan kami lagi," (https://nasional.tempo.co/read/1139465/jokowi-produksi-mobil-esemka-tak-ada-urusannya-dengan pemerintah/full&view=ok). Sayup-sayup masih terdengar bahwa Esemka akan tetap diproduksi. Akan tetapi pernyataan Jokowi telah memupus sebuah ikhtiar inovasi menjadi sekedar retorika politik. 

Industri otomotif di Indonesia tumbuh dalam lintasan panjang (Rasiah dan Amin, 2010). Di 1928, General Motors (GM) membuka pabrik perakitan di Tanjung Priok, Jakarta. Di 1950, Program Benteng yang diluncurkan di masa pemerintahan Soekarno sebagai suatu kebijakan ekonomi belum berdampak banyak. Ditemukan data di 1960, industri otomotif Indonesia ukurannya terlalu kecil dan teknologinya masih tertinggal. Pasar hanya menyerap 10.000-15.000 unit pertahun yang sulit mendukung manufaktur dapat bertahan secara efisien. 

Sejak investasi asing langsung diizinkan berpartisipasi dalam industri otomotif di 1970, pemerintah memberlakukan kebijakan impor utuh (CBU) dan rakit di dalam negeri (CKD). CKD diberikan insentif untuk mendorong produsen merelokasi perakitan ke dalam negeri. Lintasan panjang tersebut mendatangkan kemampuan untuk menguasai suatu teknologi; tahapan dan proses akumulasi pengetahuan teknologi atau proses belajar organisasi (Rosenberg dan Firschak, 1995); dan merupakan lintasan pendalaman penguasaan teknologi yang bergerak dari kemampuan produksi memanfaatkan teknologi menuju kemampuan mendorong inovasi (Dalman dkk.,1987). Manufaktur mengembangkan serangkaian penguasaan dari  kemampuan produksi karena investasi penguasaan teknologi,  menuju kemampuan penguasaan inovasi. Ini konsisten dengan taksonomi kemampuan penguasaan teknologi ala Lall (1992) (dalam Rasiah dan Amin, 2010).

Cerita pendek mobil Esemka yang memunculkan Jokowi sebagai pemeran utama jauh berbeda dengan kisah panjang yang ditempuh industri otomotif Indonesia. Esemka adalah cerita yang berakhir tragis. Esemka sempat mendapatkan pujian publik sebelum berbalik menjadi ejekan karena tidak kunjung diluncurkan. 

M Rahmat Yananda Reporter
Hermansah Editor

Tag Terkait

Berita Terkait