Pak Colo orang yang terbuka. Tidak pelit berbagi ilmu.
INDONESIA kehilangan seorang pelaku, pemikir, dan penggerak di industri pergulaan dengan wafatnya Colosewoko, Kamis (22/7) pagi. Seorang penulis prolifik dan eklektik yang ketajaman analisisnya menjelajahi khasanah pergulaan nasional. Ciri khas ini melekat pada tulisannya: artikulasinya tajam tapi santun. Dalam khasanah industri pergulaan nasional, dia seorang cempiang nan sulit dicari padanan.
Perkenalan saya dengan Pak Colo, begitu saya biasa memanggil beliau, terjadi pada 2004. Saya tidak ingat persis untuk keperluan apa waktu itu. Saat itu saya bekerja sebagai jurnalis di sebuah majalah berita mingguan. Kami bertemu di kantor Pak Colo di Departemen Pertanian (sekarang Kementerian Pertanian) di Ragunan, Jakarta Selatan. Beliau saat itu menjabat Pelaksana Harian Sekretaris Dewan Gula Indonesia (DGI). Posisi itu ia emban dari 2000 hingga 2005.
Setahun berselang, kami bertemu lagi. Juga di kantor Pak Colo. Salah satu yang saya ingat, Pak Colo memuji buku saya, Gula Rasa Neoliberalisme: Pergumulan Empat Abad Industri Gula, yang saya berikan ke beliau. Terbit pada 2005, buku itu meneroka jejak eksploitasi di industri pergulaan di Nusantara sejak era kolonial hingga buku dicetak: awal Presiden SBY memerintah.
Seperti orang Jawa umumnya, Pak Colo amat santun. Kepada saya yang lebih muda, beliau amat menaruh hormat. Bahasa Jawa-nya halus. Kesan pertama saya, bapak tiga anak kelahiran Klaten, Jawa Tengah, 74 tahun lalu itu menguasai semua hal, termasuk tetek bengek, pergulaan. Obrolan tentang gula mengalir dan membuat saya ciut. Betapa yang saya tulis hanya secuil dari belantara pergulaan.
Pak Colo orang yang terbuka. Tidak pelit berbagi ilmu. Terbukti setelah pertemuan itu, komunikasi lewat telepon terus terjaga. Komunikasi saya dengan beliau berlangsung intens tatkala saya terlibat mendesain survei pengawasan distribusi gula rafinasi di Pusat Pengkajian Perdagangan Dalam Negeri, Balitbang Perdagangan, Kementerian Perdagangan pada 2011. Tidak hanya diskusi, saya juga dipasok bahan-bahan ihwal gula rafinasi yang diterbitkan Asosiasi Gula Indonesia (AGI). Pak Colo menjadi Staf Ahli AGI 2005-2012 dan merangkap Wakil Sekretaris Jenderal Gabungan Perusahaan Perkebunan Indonesia (GPPI) 2007-2014.