Revolusi industri yang terjadi dapat menjadi kabar baik dan juga kabar buruk.
Dunia telah mengalami beberapa fase perubahan terhadap cara-cara memproduksi barang dan jasa, dari skala kecil hingga skala besar, untuk memenuhi kebutuhan hidup. Perubahan-perubahan itu dilakukan melalui sebuah proses inovasi dalam teknologi.
Momentum penggunaan inovasi teknologi dalam proses produksi yang mengubah perilaku manusia pada suatu waktu ini disebut dengan revolusi industri. Revolusi industri yang terjadi saat ini adalah revolusi industri fase ke empat yang dikenal dengan industri 4.0, ditandai dengan penggunaan cyberphysical systems analysis dalam proses produksi.
Tiga revolusi industri sebelumnya ditandai dengan penggunaan mesin uap (industri 1.0), penggunaan listrik (2.0), dan penggunaan komputer untuk otomatisasi (3.0).
Revolusi industri yang terjadi dapat menjadi kabar baik dan juga kabar buruk. Hal ini tergantung pada kesiapan dalam memanfaatkan momentum perubahan yang terjadi. Sejarah mencatat bahwa revolusi industri telah memicu pergolakan terutama dari kaum buruh yang pekerjaannya tergantikan oleh mesin, sementara pemilik faktor produksi mendapatkan keuntungan dengan peningkatan jumlah produksi yang berkali lipat yang diikuti dengan kemampuan menekan biaya pegawai.
Revolusi industri juga mendorong cakupan perdagangan menjadi lebih luas. Bermodalkan kemampuan berproduksi yang tinggi dengan barang yang relatif terdeferensiasi, maka langkah berikutnya adalah mencari pasar seluas-luasnya. Dari hal tersebut kemudian terjadi dampak turunan lain dari revolusi industri terhadap kehidupan sosial-ekonomi di dunia.