Pribadi kepemimpinan adaptif yang terampil akan tetap menjadi yang terpenting bagi para pemimpin generasi muda di abad ke-21.
Ada seorang penulis dan futurolog yang dikenal karena karya-karyanya membahas mengenai revolusi digital, dan revolusi komunikasi bernama Alvin Toffler, yang mengatakan bahwa “buta huruf di abad 21 bukanlah mereka yang tidak bisa membaca atau menulis, melainkan mereka yang tidak belajar (learn) hal-hal baru yang penting untuk dikuasai, mereka yang membuang apa-apa yang sudah tidak relevan dengan perubahan zaman (unlearn), dan belajar kembali hal-hal yang pernah dikuasai sebelumnya, namun sekarang telah berubah (relearn).”
Apa yang disampaikan Alvin Toffler saat ini sangat relevan dalam membahas kepemimpinan adaptif dalam menghadapi tantangan masa depan. Dengan demikian, kita harapkan Indonesia dapat melahirkan profil generasi muda masa depan yang berjiwa kepemimpinan adaptif yang dapat meraih momentum dari segala tantangan zaman. Tentunya hal itu harus diraih dengan sungguh-sungguh secara aktif untuk belajar dan menyesuaikan diri dengan tantangan zaman dalam menghadapi kondisi dinamika yang ada terutama pesatnya perkembangan teknologi dan globalisasi di masa depan.
Dinamika dan tantangan masa depan
Di masa depan, kompetisi dan dinamika gaya hidup akan lebih kompleks, tidak stabil, dan penuh ketidakpastian dibanding era sebelumnya. Tantangan hari esok tentunya akan sangat dipengaruhi oleh kemajuan teknologi dengan arus informasi yang sangat cepat dan semakin detail. Di sisi lain, kondisi global telah mengurangi gesekan dan ketidakpastian di area kompetisi itu sendiri, di mana sistem jaringan memungkinkan manusia bekerja dengan manuver pencarian informasi pada segala kondisi medan yang kompleks namun dapat mengetahui informasi lebih cepat dan akurat terlepas dari cuaca dan medan.
Hal itulah, dinamika dan kompetisi apapun akan dibutuhkan kompetensi yang bersifat intelektual, karena setiap generasi di masa yang akan datang harus memiliki kemampuan mengubah data menjadi informasi, dan harus dilakukan dengan cepat. Selain itu, Future Of Jobs Report pada World Economic Forum 2020 merilis data bahwa pelatihan tentang peningkatan kompetensi para pekerja sangat dibutuhkan untuk 2025 yang akan datang, di mana sebanyak 40% skill inti dari pekerja diperkirakan akan berubah pada lima tahun yang akan datang. Sehingga, juga akan diperlukan daya juang
(ketahanan mental) dan komponen intelektual bangsa ini untuk dapat bersaing di kancah dinamika global yang semakin bergantung tentang manfaat multidisiplin ilmu.
Jika kita perhatikan, dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, kondisi nasional kita telah diuji oleh guncangan dari unprecendented global crisis, yakni pandemi Covid-19 yang telah merebak di Indonesia sejak awal 2020. Akan tetapi, puncak pandemi akibat Covid-19 tersebut telah kita lewati. Namun, dampak turunannya hingga saat ini masih menjadi tantangan bagi Indonesia untuk dapat memulihkannya, seperti pemulihan kesehatan baik jasmani maupun psikologis (panic buying), dampak terhadap ekonomi, sosial-budaya, dan lain sebagainya.