A.M.Sangadji mendapat kepercayaan menyuarakan kebenaran, menggilas kebatilan, melawan imprealisme kolonial ke berbagai penjuru Tanah Air.
Abdoel Moethalib Sangadji yang populer dengan nama A.M.Sangadji, merupakan salah satu tokoh pendiri bangsa perintis kemerdekaan Republik Indonesia asal Rohomoni, Pulau Haruku, Maluku Tengah.
Lahir dan dibesarkan di negeri Rohomoni, pada 3 Juni 1889 dan wafat sebagai kesuma bangsa 8 Mei 1949 di Kota Istimewa Yogyakarta. Mengenyam pendidikan pada HIS, Saparua dan MULO, Kota Ambon. Ketidaksukaan beliau terhadap Belanda sudah ditunjukan ketika masih menjadi siswa sekolah dasar dan menengah itu. Di mana A.M.Sangadji selalu membuat gaduh dengan teman-teman sekolahannya yakni Belanda dan China sebab saat itu perbedaan perlakuan dirasakan sendiri oleh A.M.Sangadji.
Abdoel Moethalib Sangadji adalah anak keturunan ningrat dari ayahnya yang seorang reghent/raja negeri Rohomoni Abdoel Wahab Sangadji. Ibunda terkasih beliau juga merupakan putri Raja Negeri Siri Sori Islam Siti Saat Pattisahusiwa.
Pada 1909, menjadi titik awal A.M.Sangadji ketika mencoba peruntungan bekerja pada jawatan pemerintah Hindia Belanda di bidang hukum sebagai panitera pengadilan (griffir landraad). Landraad Saparua, Kota Ambon. Dan pada 1919 hijrah atas inisiatif sendiri ke tanah Jawa yakni, Surabaya. Dari sinilah Jago Toea memulai debutnya sebagai aktivis pejuang pergerakan setelah terlibat diskusi panjang dengan duo sahabat karibnya, yakni Hadji Oemar Said Tjokroaminoto, Hadji Agus Salim, di rumah Tuan Tjokro yang menjadi tempat tinggal para pendiri bangsa republik di kemudian hari.
Yup, rumah itu adalah tempat indekos Soekarno, Semaun, Alimin, Muso, Tan Malaka, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo dan tokoh-tokoh bangsa lain nya (Gang peneleh no. 29 – 31). Sedangkan A.M.Sangadji bertempat tinggal di kawasan Gang Blauran No.4 Surabaya.