Budiyanto merekam berbagai kepiluan tragedi kemanusiaan yang terjadi akibat konflik. Di tengah tugasnya itulah, ia diculik.
Budiyanto adalah jurnalis senior MetroTV. Di awal kariernya ia banyak bersentuhan dengan liputan konflik. Bisa dipahami karena awal era milenium, era 2000 an hingga pertengahannya, dunia jurnalistik memang cukup disibukkan dengan berbagai peristiwa bersejarah yang berbau pertumpahan darah. Di Tanah Air sendiri ketika itu meletus konflik komunal di belahan Timur, yang menewaskan hingga 5 ribu orang. Di tingkat internasional, konflik yang paling menyita perhatian adalah perang Irak.
MetroTV, televisi berita pertama di Indonesia itu menerjunkan langsung jurnalisnya ke medan konflik. Ini membuat Budiyanto sampai bulak-balik ke Timur-Tegah. Ia menjadi menjadi mata dan telinga televisi yang berbasis di Kedoya, Jakarta Barat itu. Ia memotret dan mengabarkan sisi-sisi kelam akibat perang di Negeri 1001 malam.
Budiyanto merekam berbagai kepiluan tragedi kemanusiaan yang terjadi akibat konflik. Di tengah tugasnya itulah, ia sendiri harus menghadapi ancaman maut karena menjadi sasaran penculikan kelompok bersenjata pada 2005. Brigade Mujahidin.
Pengalaman jurnalistik mengemban tugas meliput di aera konflik Irak ini ia bagikan dengan Arpan Rahman dari Alinea.id.
Berbekal pengalaman meliput di konflik Ambon