Jurnalis dari luar sudah tidak dapat leluasa memasuki Gaza sejak serangan Hamas di Israel pada 7 Oktober.
Sejumlah jurnalis di Gaza mencoba untuk melaporkan perang Hamas dengan Israel. Dan mereka menghadapi masalah yang sama seperti penduduk Palestina yang terkepung di san, bertanya-tanya di mana mereka harus tinggal, di mana mendapatkan makanan dan air, dan bagaimana agar tetap aman.
Buntut dari ledakan Selasa (17/10), yang menewaskan ratusan orang di sebuah rumah sakit di Kota Gaza adalah contoh terbaru, bagaimana kenyataan tersebut menghalangi kemampuan dunia untuk mendapatkan gambaran lengkap tentang apa yang terjadi pada penduduk Palestina di Gaza.
Jurnalis dari luar sudah tidak dapat leluasa memasuki Gaza sejak serangan Hamas di Israel pada 7 Oktober. Satu-satunya pintu masuk bagi jurnalis, yaitu penyeberangan Erez di Israel. Namun begitu, sejumlah kantor berita tetap hadir di biro-biro di sana, termasuk The Associated Press, BBC, Reuters, Agence France-Presse dan Al-Jazeera.
Perintah Israel kepada warga Palestina untuk mengevakuasi bagian utara Gaza membuat para jurnalis di AP dan AFP, misalnya, meninggalkan kantor di Kota Gaza dan menuju ke selatan.
“Bekerja di Gaza saat ini sangatlah sulit dan hal ini sebagian besar disebabkan oleh staf kami yang meliput berita tersebut sekaligus mengkhawatirkan keselamatan mereka sendiri dan keluarga mereka,” kata editor eksekutif dan wakil presiden senior The Associated Press Julie Pace.