Anggota Dewan Pers, Arif Zulkifli mengatakan, praktik kutip-mengutip sumber antarmedia bisa dibenarkan.
Kemudahan akses informasi melalui internet dewasa ini membuat sejumlah media online memilih menjadikan sumber dari media lain, dengan metode tambal-sulam. Praktik semacam ini, di dalam artikel Josh Sternberg berjudul “Why Curation Is Important to the Future of Journalism” yang terbit di Mashable.com, 10 Maret 2011, disebut sebagai kurasi konten.
Sternberg menulis, kurasi konten adalah mengumpulkan semua informasi yang terfragmentasi ke dalam satu lokasi, yang memungkinkan orang untuk mendapatkan akses ke konten yang lebih khusus.
Orang yang bertugas mengkurasi melakukan penyaringan informasi yang dianggap akurat dan kredibel untuk disajikan kembali kepada publik dengan memberinya konteks. Kredibilitas, seperti yang ditulis dalam artikel itu, merupakan kunci dari media yang mempraktikkan proses produksi konten semacam ini.
Torie Rose DeGhett, seorang staf penulis di Current Intelligence dan bloger di The Political Notebook, yang dikutip dalam artikel tersebut mengatakan, membangun kepercayaan penting bagi mereka untuk memvalidasi kurasi sebagai bentuk evolusi dari jurnalisme, dan mereka percaya kerja-kerja yang dilakukan harus memiliki standar yang sama dengan para jurnalis.
“Intinya adalah untuk membagikan (item berita) dan mengarahkan orang ke sana, bukan untuk mengklaimnya sebagai milik Anda. Sumber yang saya pilih dimaksudkan untuk membuat argumen dan mendukung hal-hal tertentu, bukan menyajikan semua yang ada di luar sana," kata DeGhett, seperti dikutip Josh Sternberg dalam artikelnya “Why Curation Is Important to the Future of Journalism” di Mashable.com, 10 Maret 2011.