Pilihan mengedepankan akurasi atau kecepatan adalah perdebatan klise yang terjadi di media digital.
Partai Demokrat berang atas dugaan penganiayaan aktivis yang juga jurkamnas Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Ratna Sarumpaet. Ketua DPP PD Jansen Sitindaon menyebut, dugaan penganiayaan itu biadab.
"Atas dasar apa pun biadab betul pelaku penganiayaan terhadap Ibu Ratna Sarumpaet ini," kata Jansen kepada wartawan, Selasa (2/10). Demikian tulis Detik.com, merespons kabar penganiayaan yang menimpa ibunda Atiqah Hasiholan tersebut. Detik.com menjadi salah satu media tercepat yang memberitakan isu ini.
Di waktu relatif bersamaan, sejumlah media lain bersahutan mengangkat dugaan penganiayaan Ratna. Viva mewawancarai Ketua Presidium 212 Aminudin Atbar, yang sebelumnya sempat mengunggah foto wajah Ratna dengan kondisi bengap dan lebam di twitter. Aminudin mengaku mendapat keterangan dari sopir Ratna. Tak ada keterangan langsung dari mantan Ketua Dewan Kesenian Jakarta ini sama sekali. Tak lama kemudian, Viva kembali mengunggah berita soal Ratna, dengan mengutip pernyataan politisi Fadli Zon di akun twitter pribadinya.
Saat pertama informasi mencuat, kebanyakan media memang tak mencantumkan keterangan dari Ratna langsung. Rerata mewawancarai atau sekadar mengutip keterangan politisi dari kubu Prabowo Subianto, seperti Mardani Ali Sera, Rachel Maryam, dan Sandiaga Uno di twitter. Beberapa narasumber yang dikutip media, juga tak mendapat keterangan langsung dari kesaksian Ratna, melainkan sumber kedua. Alasannya, mereka tak bisa mewawancarai langsung Ratna yang disinyalir tengah mengalami trauma berat saat itu.
Apa yang menimpa Ratna pun dengan segera merebut perhatian publik, mengalahkan berita soal gempa Palu-Sigi-Donggala. Dalam sepekan terakhir saja, ada 311 media yang mewartakan isu penganiayaan Ratna. Detik.com menjadi media yang terbanyak menulis isu itu dengan total berita mencapai 134 buah.