Kenapa bersepeda? Alasannya simpel, sepeda itu dirasa merupakan kegiatan olahraga individu dan dinilai bersifat rekreasi.
Perubahan perilaku dalam berkomunikasi adalah topik yang tidak akan ada habisnya untuk dibahas. Karena manusia pada dasarnya selalu akan berubah dan beradaptasi terhadap apa yang terjadi di sekitarnya. Termasuk ketika terjadi pandemi Covid-19, yang tidak hanya berdampak pada isu kesehatan, ekonomi, tapi juga gaya hidup menuju new normal. Pada akhirnya, orang mencari bagaimana gaya hidup new normal itu. Tren gaya hidup sehat jadi berkembang. Dan tren yang paling besar pada saat itu adalah tren bersepeda.
Latar itu diuraikan oleh Rizki Saga Putra dalam karya ilmiahnya, 'Presentasi Diri dalam Interaksi Bermediasi Teknologi (Studi Kasus Konten Instagram Bersepeda di Masa Pandemi)'. Rizki berbicara dalam serial seminar nasional Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik (FISIP) U di tayangan kanal FISIP UI, Senin (27/5).
Saat pemerintah menetapkan kebijakan seperti Work From Home, local lockdown, PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), dan istilah-istilah lainnya, otomatis mobilisasi masyarakat juga terbatasi.
"Masyarakat kita ini alih-alih disuruh membatasi kegiatan di luar, malah atas dasar ingin menjaga kesehatan justru memilih berolahraga di luar. Salah satunya, bersepeda," ujar Rizki.
Kenapa bersepeda? Alasannya simpel, sepeda itu dirasa merupakan kegiatan olahraga individu dan dinilai bersifat rekreasi. Dari situ mulai tren sepeda semakin lama semakin meledak.