Chairil Anwar kerap mencibir para penulis puisi yang memiliki sikap seperti itu.
Komunitas Puisi Esai dengan Badan Bahasa Sastera Sabah (BAHASA) turut mengenang dan menyambut hari kelahiran penyair besar Indonesia Chairil Anwar. Kenangan itu pun kini berjalan dalam 100 Tahun Chairil Anwar dengan tema “Cemara Menderai Sampai Jauh”.
Presiden Komunitas Puisi ASEAN, Datuk Jasni Maslani mengatakan, karya Chairil Anwar akan terus dibicarakan sesuai isi puisi "Aku" karyanya, untuk 1000 tahun lagi. Barisan puisi terkenal itu bahkan disebut memengaruhi diri seorang Presiden BAHASA itu.
“Saya sangat terpengaruh dengan kata kata beliau (Chairil Anwar), ‘saya mau hidup 1000 tahun lagi’,” ucap Jasni dalam webinar mengenang 100 tahun Chairil Anwar dengan tema “Cemara Menderai Sampai Jauh”, Sabtu (19/2).
Sejalan dengan itu, Dosen Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Sunu Wasono memilih untuk merenungi sikap kepenyairan Chairil Anwar. Sikap tersebut dianggap masih relevan di era digital ini.
Lantaran, Sunu melihat banyak bermunculan penulis melalui media sosial. Namun, kata Sunu, mereka menulis puisi dengan menunggu inspirasi, ide, ilham yang datang di otak, yang kemudian disebutnya dengan hukum wahyu.