Di awal 2018, satu mayat orangutan jantan dewasa ditemukan tewas dengan 17 peluru senapan angin, 7 tulang patah serta tanpa kepala.
19 Agustus dikenal sebagai Hari Internasional Orangutan. Primata yang memiliki kemiripan DNA 97% dengan manusia ini, nyatanya masih belum merdeka di habitatnya yang sebagian besar hidup di hutan Kalimantan dan Sumatra.
CEO Borneo Orangutan Survival Foundation, Jamartin Sihite menyebut, upaya konservasi orangutan selalu berhadapan dengan habitat orangutan di Indonesia.
"Konversi lahan untuk perkebunan sawit dan HPH (Hak Pengusahaan Hutan) telah mempersempit habitat orangutan. Dampak yang terjadi adalah konflik orangutan dengan manusia tidak bisa dihindari," ujar Jamartin Sihite kepada Alinea.id, beberapa waktu lalu.
Orangutan sebagai primata yang makanan alaminya berasal dari buah-buahan (frugivore) dan serangga, berperan besar dalam meregenerasi pohon di hutan.
Sebagai makhluk penjelajah, orangutan merupakan penyebar benih buah, baik melalui 'feses' atau dengan membawa dan membuahi benih saat mereka melewati pepohonan. Itu sebabnya orangutan memiliki peran penting agar manusia bisa terus mendapatkan okisgen, yang berasal dari pepohonan.