Akhirnya, salah hukum dikenakan kepada mereka yang tidak berdaya. Orang-orang yang sekira pantas jadi kambing hitam untuk dikorbankan.
Pasangan kekasih, Vina dan Eky tewas pada Sabtu malam, 27 Agustus 2016. Geng motor yang tengah berkeliling diduga menjadi pembunuh. Para pelaku kemudian menganiaya keduanya, lalu melakukan pemerkosaan. Jasad keduanya dibuang begitu saja ke jembatan layang hingga seolah menjadi kecelakaan tunggal.
Kasus ini usai setelah delapan pelaku ditangkap. Namun, Kisah pembunuhan sadis ini diangkat menjadi film dan membuat polisi menjadi sorotan. Sebab, sejumlah kejanggalan diangkat lagi, termasuk adanya tiga sosok yang misterius karena sempat disebut delapan pelaku lain, namun kemudian mencabut lagi pernyataan mereka, dan tiga orang tersebut seolah gaib keberadaannya.Sejumlah spekulasi menguat bahwa ada orang kuat di belakang para pelaku yang masih bebas berkeliaran itu.
Salah satu pelaku yang telah menyelesaikan masa tahanannya selama 4 tahun, Saka Tatal, pun keluar dengan membuat pernyataan bahwa Ia korban salah tangkap dalam kasus pembunuhan pasangan kekasih di Cirebon itu.
Dosen Kriminologi UI, Mamik Sri Supatmi menyebut, konsep ini dikenal sebagai miscarriage of justice dalam keilmuannya. Ketika, pelaku diduga terlibat namun lepas dari jeratan karena memiliki hubungan orang berkuasa, entah itu pejabat, aparat, atau tokoh tertentu. Akhirnya, salah hukum dikenakan kepada mereka yang tidak berdaya. Orang-orang yang sekira pantas jadi kambing hitam untuk dikorbankan.
Bukan hanya memuaskan hasrat publik yang mencari keadilan. Namun juga menutupi jejak dari pelaku yang sebenarnya.