Lantaran hingga kini, terang KMMSAJ, masih terjadi swastanisasi air. Berlangsung sejak 23 tahun silam.
Ajakan warga DKI Jakarta rajin mencuci tangan oleh Gubernur, Anies Baswedan, dalam meminimalisasi penularan pandemi coronavirus anyar (Covid-19), dianggap sia-sia. Lantaran pemerintah provinsi (pemprov) membiarkan swastanisasi air Ibu Kota hingga kini.
Dus, air menjadi komoditas bisnis. Pun tak bisa dijangkau seluruh lapisan masyarakat.
"Pengelolaan air oleh swasta ini, menjadikan air sebagai komoditas bisnis. Yang tidak bisa dijangkau semua golongan masyarakat," tutur perwakilan Koalisi Masyarakat Menolak Swastanisasi Air Jakarta (KMMSAJ), Suhendi, melalui keterangan tertulis yang diterima Alinea.id, Senin (23/3).
"Akibatnya, prioritas layanan air bersih hanya menjangkau kalangan masyarakat menengah ke atas. Dan dipusatkan bagi kawasan perumahan mewah, apartemen, hotel, mal, dan perkantoran," ucapnya.
Hal tersebut, tambah dia, berimbas terhadap masifnya penyebaran SARS-CoV-2 di Jakarta. Bahkan, telah ditetapkan sebagai episentrum di Tanah Air.