Jaringan laba-laba memiliki bagian inti atau pusat jaringan seluruh aktivitas media sosial. Pusat inti jaringan dihubungkan dengan aktor.
Pembuat dan penyebar berita bohong atau hoaks di media sosial bagai jamur di musim hujan. Kelompok tersebut makin merajalela menjelang pemilihan umum yang berlangsung tahun depan. Setelah kelompok Saracen tahun lalu diringkus Tim Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri, kelompok lain yang pekan ini ditangkap adalah Muslim Cyber Army (MCA).
Penyidik Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri menangkap empat orang pelaku ujaran kebencian yang tergabung dalam kelompok MCA di empat kota berbeda. Mereka membentuk aplikasi pesan grup WhatsApp yang disebut The Family MCA kemudian kerap melempar isu bernada provokasi di media sosial.
Direktur Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri Brigjen Pol Fadil Imran di Jakarta menjelaskan, isu yang digiring kelompok MCA mulai dari kebangkitan PKI, penculikan ulama, fitnah terhadap presiden, pemerintah dan tokoh-tokoh tertentu. Termasuk menyebarkan virus yang sengaja dikirimkan kepada orang atau kelompok lawan yang berakibat dapat merusak perangkat elektronik bagi penerima.
Inisial keempat tersangka yakni ML yang ditangkap di Sunter, Jakarta Utara. Lalu, RSD ditangkap di Bangka Belitung, RS yang ditangkap di Jembrana, Bali. Terakhir, Yus ditangkap di Sumedang, Jawa Barat.
Setelah MCA ditangkap akankah hoaks akan berkurang? Berkaca pada kelompok terdahulu yakni Saracen, hoaks justru makin tumbuh subur. Makin diperparah karena mudahnya masyarakat percaya dan mudah dipengaruhi tentang informasi yang telah menyebar. Sekalipun pembuat dan penyebar hoaks bisa dijerat hukum.